advertise with ongsono.com
 

Mawar Merah - 18

Posted on Saturday, 1 November 2014


Roses are Red | Mawar Merah | by James Patterson | Mawar Merah | Roses are Red | Mawar Merah pdf

Gaung Keheningan - Eloquent Silence - Sandra Brown Gue Anak SMA - Benny Rhamdany Jingga Dalam Elegi - Esti Kinasih Jingga untuk Matahari - Esti Kinasih Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa

Brophy bilang dia bertemu dengan laki-laki, kalau kita bisa memercayai dirinya."
"Dan kalau orang yang dilihatnya memang benar-benar Mastermind," balas Cavalierre.
Agen Doud berkata, "Nama itu terasa mengganggu bagiku. Ia jadi kedengaran seperti orang aneh. Pecundang. Mastermind"
"Brophy juga bilang begitu. Katanya pria yang diajaknya bicara itu menjengkelkan. Tapi dia masih menginginkan pekerjaan yang ditawarkan," kata Betsey.
"Yeah, well, bayarannya bagus," kata Doud.
Betsey mengangkat bahu. "Mungkin dia memang orang aneh, mungkin semacam jenius komputer. Aku tidak akan terkejut kalau benar. Orang-orang aneh yang sekarang mengelola dunia, kan? Membalas perlakuan yang menimpa mereka di SMA. Aku jelas begitu."
"Aku lumayan populer di SMA," kataku, dan mengedipkan sebelah mata.
Handie-Talkie kembali berderak.
"Halo, para bintang penegakan hukum. Kesenangan yang sebenarnya akan dimulai. Ingat, kalau kami melihat ada helikopter atau pesawat dekat kereta, satu sandera akan ditembak" kata suara seorang pria yang kami kenali. Apa dia Mastermind?
"Dari mana kami tahu para sandera masih hidup?" tanya Betsey. "Kenapa kami harus percaya bahwa
204
kau mengatakan yang sejujurnya? Kau sudah membunuh orang-orang yang tidak bersalah sebelumnya."
"Memang kau tidak bisa tahu. Dan seharusnya kau tidak percaya. Kami memang pernah membunuh orang yang tidak bersalah. Tapi sandera-san dera dalam bus masih hidup. Baiklah-buka pintu kereta sekarang! Bersiap-siaplah untuk isyarat selanjutnya dari ku. Bawa ransel-ranselnya ke pintu! Sekarang, sekaran g, sekarang! Cepat! Jangan sampai kami membunuh or ang."
Bab 63
Kami berempat bergegas membawa ransel-ransel berisi uang yang berat ke pintu kereta terdekat. Aku sudah mulai berkeringat. Wajah dan kulit kepalaku terasa basah kuyup.
"Bersiaplah! Bersiaplahr teriak suara dari Handie-Talkie. "Sekarang saatnya."
Betsey telah berbicara menggunakan radio dua-arah yang lain untuk menyiagakan anak buahnya. Wilayah pedesaan melintas di depan kami dengan warna hijau cerah dan cokelat lumpur. Kami berada di suatu tempat dekat Aberdeen, Maryland, setelah melewati stasiun terakhir sekitar tujuh menit yang lalu.
"Bersiaplah! Apa kalian sudah siap? Jangan me-ngecewakanku!" teriak suara tersebut keras-keras.
Sejauh ini, satu-satunya tipuan yang berhasil kami dapatkan hanyalah mencoba untuk menyebar di kawasan di mana uangnya diperkirakan akan dijatuhkan. Kami bahkan mempertimbangkan untuk mempertahankan satu tas di kereta, yang mungkin akan memaksa mereka mencari-cari sebentar. Tapi kami sepakat bahwa tindakan itu terlalu berbahaya bagi para sandera.
Handie-Talkie kembali membisu.
"Sial!" seru Doud.
206
"Apa kita lemparkan tas uangnya?" teriak Walsh mengalahkan raungan kereta dan embusan angin.
"Tidak! Tunggu!" teriakku padanya dan kepada Doud, yang sedang mencondongkan tubuh ke luar kereta. "Tunggu instruksi mereka! Dia pasti akan memberitahu kita untuk melemparkan tasnya. Jangan lemparkan tasnya sekarang!"
"Keparat!" teriak Betsey sambil mengayunkan lengannya dalam lengkungan yang cepat dan keras. "Mereka mempermainkan kita. Mereka menertawakan kita sekarang ini."
"Ya, mungkin begitu," kataku. "Sebaiknya kita tetap tenang. Kita harus menenangkan diri."
FBI mati-matian berusaha melacak saluran yang digunakan para penculik untuk radio dua arah mereka. Tindakan tersebut gagal. Dua arah merupakan teknologi canggih, jenis yang digunakan militer. Chip pengacak di dalamnya disandikan untuk mengubah frekuensi setiap kali digunakan. Bahkan ada kemungkinan para penculik memiliki beberapa radio dua-arah dan membuangnya setiap kali selesai digunakan.
Betsey masih mendidih marah. Mata cokelatnya berkilat. "Dia-sudah memikirkan segala sesuatunya, termasuk tidak memberi kita waktu untuk menyusun rencana. Siapa bangsat ini?"
Handie-Talkie kembali berderak.
"Buka pintunya! Bersiap-siaplah untuk melempar tasnya ke luar," kata suara radio tersebut, tiba-tiba memerintah lagi.
Kuraih dua tas penuh lembaran dua puluh dan lima puluh dolaran. Jantungku seperti berada di tenggorokan sewaktu aku bergegas menuju pintu yang terbuka untuk kedua kalinya. Angin di luar meraung-raung.
207
Kereta sedang melesat menerobos hutan lebat sekarang, pepohonan elm, pinus, dan sesemakan lebat. Aku tidak melihat ada rumah-atau siapa pun yang mengintai dalam hutan. Rasanya tempat ini cukup bagus untuk meletakkan uangnya.
Handie-Talkie kembali membisu!
"Keparat!" teriak Agen Doud sekuat tenaga.
Kami mengerang dan menjatuhkan diri ke lantai.
Kami terus berbuat begitu hingga sebelas kali selama satu seperempat jam berikutnya. Tiga kali kami dipaksa untuk memindahkan semua uang ke gerbong yang berbeda.
Kami dikirim hingga ke gerbong terakhir-lalu kami diperintahkan untuk segera kembali ke gerbong depan.
"Kalian memang bagus. Sangat patuh," kata suara dari radio tersebut.
Lalu radio dua arah tersebut kembali membisu.
Bab 64
"Aku tidak tahan lagi!" teriak Betsey. "Dasar bajingan! Aku ingin membunuh keparat itu."
Tas-tas uang itu besar dan berat; kami kelelahan karena membawa-bawanya di kereta. Kami basah kuyup karena keringat, serta kotor kena debu. Gelisah dan tegang. Gemuruh konstan kereta terdengar lebih ribut daripada sebelumnya.
Kereta Amtrak itu melesat menerobos hutan lebat lagi. Peluitnya melengking keras. Agen Walsh terus memerhatikan stasiun-stasiun yang kami lewati.
Lalu Handie-Talkie kembali berbunyi. "Siapkan tas-tas berisi uang dan berliannya. Buka pintunya sekarang! Dan pada saat kalian melemparnya-lempar keluar hampir bersamaan. Kalau tidak, satu sandera akan ditembak! Kami mengawasi setiap langkahmu. Kau sangat cantik, Agen Cavalierre."
"Yeah, dan kau orang aneh," gumam Betsey. Kaus biru pucatnya tampak lebih gelap di beberapa tempat karena keringat. Rambut hitamnya melekat di kulit kepalanya. Kalau ia memiliki satu ons lemak pada tubuhnya sebelum ini, ia telah kehilangan lemak itu selama perjalanan kereta.
"Tidak jadi," kata suara radio dengan ejek an yang jelas. "Istirahat. Itu saja untuk saat ini."
209
Radio dua arah itu kembali membisu. "Sialan!"
Semua orang menjatuhkan diri ke atas ransel-ransel dan berbaring di sana dengan napas terengah-engah. Aku mencoba mempertahankan otakku bekerja dengan benar, tapi hal itu makin sulit setiap kali kami tidak jadi melempar uang. Aku tidak yakin diriku mampu berlari-lari ke ujung lain kereta sekali lagi.
"Mungkin kita harus turun dari kereta dengan membawa tas uangnya," kata Walsh dari tempat bertenggernya di atas tas. "Paling tidak mengacaukan pengaturan waktu mereka. Mengambil tindakan yang tidak mereka duga."
"Boleh juga, tapi terlalu berbahaya bagi para sandera," kata Betsey kepadanya.
Walsh dan Doud memaki keras-keras sewaktu radio dua arahnya kembali berbunyi. Kami hampir mencapai batas. Apa batas kami?
"Tidak ada istirahat bagi orang jahat," kata suara itu. Kami bisa mendengar letupan kaleng minuman ringan dibuka. Lalu desahan kelegaan. "Atau mungkin seharusnya, istirahat bagi orang jahat?"
Suara di radio itu menjerit kepada kami. "Lemparkan tas-tas itu sekarang! Lakukan! Kami mengawasi kereta. Kami melihat kalian! Lemparkan tas-tas itu atau kami bunuh semuanya!"
Kami tidak memiliki pilihan; tidak ada pilihan yang diberikan untuk kami. Kami hanya mampu berusaha melemparkan tas-tas itu hampir bersamaan. Kami terlalu kelelahan untuk bergerak secepat mungkin. Aku merasa seperti sedang bergerak dalam mimpi. Pakaianku basah kuyup, lengan dan kakiku terasa sakit.
210
"Lemparkan tasnya lebih cepat!" perintah suara tersebut. "Coba tunjukkan otot-ototmu, Agen Cavalierre."
Mungkinkah ia bisa melihat kami? Mungkin. Kedengarannya begitu. Tidak ragu lagi ia berada di hutan membawa radio dua-arahnya. Berapa jumlah mereka di sana?
Sewaktu kesembilan tas itu telah hilang, kereta melesat melewati tikungan tajam pada jalurnya. Kami tidak bisa melihat apa yang terjadi lima puluh meter di belakang kami. Kami jatuh ke lantai, memaki dan mengerang.
Betsey tersentak. "Terkutuk mereka. Mereka berhasil. Mereka berhasil melakukannya. Oh, terkutuklah mereka di neraka."
Handie-Talkie kembali berbunyi. Ia belum selesai dengan kami. "Terima kasih atas bantuannya. Kalian yang terbaik. Kalian akan selalu bisa mendapat pekerjaan mengemas belanjaan di supermarket setempat. Mungkin bukan pilihan karier yang buruk sesudah ini."
"Apa kau Mastermind?" tanyaku. Alat itu kembali membisu.
Suara radio itu lenyap dan begitu pula dengan uang dan berliannya. Dan mereka masih menguasai sembilan belas sandera.
Bab 65
Tiga kilometer di depan, Agen Cavalierre, Doud, Walsh, dan aku terhuyung-huyung meninggalkan kereta di stasiun berikutnya.
Dua Suburban hitam telah menanti kami. Di sekitar kendaraan-kendaraan tersebut berdiri beberapa agen FBI bersenjatakan senapan. Segerombolan orang telah berkumpul di stasiun. Mereka menunjuk-nunjuk senjata dan para agen seakan-akan melihat pemain football Washington Redskins yang baru pulang berburu.
Kami diberitahu perkembangan situasinya. "Tampaknya mereka sudah keluar dari dalam hutan," kata seorang agen kepada kami. "Kyle Craig sedang dalam perjalanan kemari sekarang. Kami sudah menyiapkan blokade jalan, tapi kemungkinan besar tidak ada hasilnya. Tapi ada berita bagus. Kita mungkin mendapat terobosan mengenai bus wisata itu."
Beberapa saat kemudian, kami telah disambungkan dengan wanita dari Tinden, sebuah kota kecil di Virginia. Wanita tersebut dianggap memiliki informasi tentang keberadaan bus yang hilang. Ia mengatakan hanya mau berbicara dengan "polisi", dan ia tidak peduli dengan FBI maupun metode mereka.
Baru sesudah aku memperkenalkan diri wanita tua itu bersedia berbicara denganku. Ia terdengar gugup.
212
Namanya Isabelle Morris dan ia melihat sekilas bus wisata tersebut di tanah pertanian di Warren County. Ia curiga karena memiliki perusahaan bus setempat dan bus tersebut bukan salah satu miliknya.
"Bus biru dengan garis-garis emas?" tanya Betsey tanpa memperkenalkan diri sebagai FBI.
"Biru dan emas. Bukan salah satu milikku. Jadi aku tidak tahu apa yang dilakukan kendaraan wisata itu di sini," kata Mrs. Morris. "Tidak ada alasan bagi bus seperti itu untuk berada di kawasan ini. Ini kawasan redneck. Setahuku, Tinden tidak ada dalam daftar wisata mana pun."
"Apa Anda mencatat nomor pelatnya, atau paling tidak sebagian dari nomor itu?" tanyaku kepadanya.
Ia terdengar jengkel dengan pertanyaan itu. "Aku tidak punya alasan apa pun untuk memeriksa nomor pelat. Kenapa aku berbuat begitu?"
"Mrs. Morris, kalau begitu kenapa Anda melaporkan bus itu kepada polisi setempat?"
"Sudah kukatakan, kalau kau tadi mendengarkan. Tidak ada alasan bagi bus wisata untuk berada di sini. Selain itu, pacarku anggota keamanan masyarakat di sekitar sini. Aku ini janda, kau mengerti. Sebenarnya dia yang menelepon polisi. Kenapa kau begitu tertarik, kalau boleh kutanyakan?"
"Mrs. Morris, sewaktu Anda melihat bus wisata itu, apa ada penumpang di dalamnya?"
Betsey dan aku bertukar pandang sementara menunggu jawabannya.
"Tidak, hanya sopirnya. Dia pria bertubuh besar. Aku tidak melihat orang lain lagi. Bagaimana dengan polisi? Dan FBI sialan itu? Kenapa kalian semua begitu tertarik?"
"Akan kujelaskan sebentar lagi. Apa Anda melihat
213
tanda pengenal apa pun pada bus itu? Tanda tujuan? Logo? Apa pun yang Anda lihat dan mungkin bisa membantu kami. Ada orang-orang yang terancam bahaya."
"Ya ampun," katanya pada waktu itu. "Ya, ada stiker di sisi bus: Visit Williamsburg. Aku ingat melihat stiker itu. Kau tahu apa lagi? Kupikir di panel samping bus itu ada tulisan Washington on Wheels. Ya, aku hampir yakin tulisan itu ada. Washington on Wheels. Apa itu membantumu?"
Bab 66
Betsey telah menggunakan saluran lain untuk berbicara dengan Kyle Craig. Mereka menyusun rencana untuk mengantar kami ke Tinden, Virginia, secepatnya. Mrs. Morris terus berceloteh tidak ada habis-habisnya. Ia kembali mengingat beberapa hal. Ia memberitahuku bahwa ia melihat bus wisata itu berbelok memasuki jalan pedesaan kecil tidak jauh dari tempat tinggalnya.
"Hanya ada tiga tanah pertanian di jalan ini, dan aku kenal mereka semua dengan cukup baik. Dua di antaranya berbatasan dengan pangkalan angkatan darat yang sudah tidak terpakai yang dibangun tahun delapan puluhan. Aku harus memeriksa urusan aneh ini sendiri," katanya.
Kusela Mrs. Morris saat itu juga. "Tidak, tidak. Anda jangan bertin
Read more about Mawar Merah - 18



Related read :

[1+1 Promo] Handuk Merah Putih Turun Harga Hanya Rp69,000!?
PASARDEAL.COM BEKERJASAMA DENGAN QOO10 MENAWARKAN PROMO SPESIAL NOTE:Dikarenakan supply warna yg tidak menentu dan keterbatasan produksi, makapembelimasih dapat memilihFREEwarna yang
Beras Merah Untuk Diabetes
ArtikelMANFAAT BERAS MERAH BAGI PENDERITA DIABETES Anda perlu waspada apabila terbiasa mengonsumsi nasi putih. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sedikitnya 5 porsi nasi putih dalam seminggu
TOKO ANEKA BUNGA MAWAR ONLINE INDONESIA
Aneka Bunga MawarBunda Florist Indonesia sediakan service pengiriman Karangan Bunga dengan harga terjangkau, BundaFlorist adalah Top On-line Florist Indonesia yang tawarkan jasa pengiriman bunga serta
Si Teratai Merah (Ang-lian Li-hiap) - 67
Cerita Silat | Si Teratai Merah | By Asmaraman S. Kho Ping Hoo | Si Teratai Merah | Ang-lian Li-hiap | Si Teratai Merah pdf Pendekar Cambuk Naga ~ Seruling Kematian Raja Naga ~ Misteri Menara