SYAREAT DALAM BER-SYAREAT DAN SYAREAT DALAM BER-MA'RIFATULLAH

Posted on Saturday, 8 February 2014


http://annangws.blogspot.com/2014/02/syareat-dalam-ber-makrifatullah.html
Al-Quran surat Luqman 27, Allah swt berfirman :

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya tidak akan habishabisnya dituliskan KALIMAT ALLAH, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"

Para ULAMA secara umum (ULAMA SYAREAT) menafsirkan bahwa yang di maksud dengan KALIMAT ALLAH adalah ILMU-NYA dan HIKMAT-NYA namun berbeda dengan ULAMA BILLAH atau Guru yang menyampaikan Ilmu Marifattullah menafsirkan maksud dari KALIMAT ALLAH adalah penjabaran nama ALLAH yang terdiri dari ALIF, LAM AWAL, LAM AKHIR dan HA yang menjadi pemahaman dasar dalam ILMU MARIFATTULLAH...

atau...

~ALIF ibarat DZAT (RAHASIA)... Pada ALAM SEMESTA duduknya di RAHASIA
~LAM AWAL ibarat SIFAT... Pada ALAM SEMESTA duduknya di ILMU
~LAM AKHIR ibarat ASMA... Pada ALAM SEMESTA duduknya di ASMA
~HA ibarat AF'AL... Pada ALAM SEMESTA duduknya di WUJUD

Dengan adanya Metode ini menjadikan MU'MIN sangat mudah untuk menjelaskan tentang FIRMAN-FIRMAN ALLAH SWT yang ada di dalam ALQURAN dan HADIST. Sebagai contoh :

Firman Allah swt, Al-Quran An-Nisa 126, yaitu :

Kepunyaan Allah apa yang dilangit dan apa yang dibumi dan adalah ALLAH MAHA MELIPUTI SEGALA SESUATU

Yang di maksud MELIPUTI SEGALA SESUATU itu ada dimana saja di alam semesta ini TIDAK BERJARAK DAN TIDAK TERPISAH ...

Rasulullah saw bersabda :
Barang siapa melihat kepada sesuatu dan tidak dilihatnya ALLAH didalam sesuatu itu maka penglihatannya itu BATHIL yaitu SIA-SIA.

Yang selanjutnya di perkuat lagi oleh para sahabat :

1. Sayyidina Abu bakar RA :
"Tidak aku lihat sesuatu melainkan kulihat Allah sebelumnya"

2. Sayyidina Umar RA :
"Tidak aku lihat sesuatu melainkan kulihat ALLAH sesudahnya"

3. Sayyidina USTMAN RA :
"Tidak aku lihat sesuatu melainkan ALLAH besertanya"

4. Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu :
"Tidak aku lihat sesuatu melainkan aku lihat ALLAH didalamnya"

MELEPAS PEMAHAMAN SYAREAT itu BUKAN MELEPAS IBADAH DALAM ILMU SYAREAT yaitu SHOLAT, PUASA, ZAKAT, NAIK HAJI dll... tapi MELEPAS PEMAHAMAN SYAREAT itu mengganti dengan PEMAHAMAN HAKEKAT agar bisa masuk ke PEMAHAMAN ILMU MA'RIFATTULLAH...

MELEPAS PEMAHAMAN SYAREAT TERDIRI DARI 2 FASE, yaitu :

1. FASE ketika seseorang pertama kali MENERIMA PANGGILAN JIWA untuk belajar dan menerima pemahaman ILMU HAKEKAT dan ILMU MA'RIFATTULLAH pada PEMAHAMAN DASAR.

Contoh :

Pemahaman tentang NUR MUHAMMAD itu TIDAK ADA DIDALAM ILMU SYAREAT karena seluruh HADIST-HADISTNYA DINYATAKAN PALSU. Namun Pemahaman tentang NUR MUHAMMAD YANG DI IBARATKAN BAGAI PERMATA YANG TERPENDAM hanya ada di ILMU HAKEKAT yang disampaikan oleh para ULAMABILLAH...

Maka...

Ketika anda bisa menerima Pemahaman tentang NUR MUHAMMAD maka pada saat itulah anda sudah melepas PEMAHAMAN SYAREAT

2. FASE ketika seseorang akan DITARIK MASUK KEDALAM RAHASIA ALLAH SWT... bahkan MELEPAS SELURUH PEMAHAMAN ILMU BAIK SYAREAT, TAREKAT ATAUPUN HAKEKAT.

Pada FASE ini seseorang akan mengalami FASE BLANK atau terjadi CUCI OTAK secara GAIB terlebih dahulu agar dapat menerima ISI dari RAHASIA DAN DI RAHASIAKAN... sebagaimana yang terjadi pada NABI MUHAMMAD SAW yang di OPERASI oleh Malaikat sebelum melakukan perjalanan ISRA dan MI'RAJ dengan KECEPATAN CAHAYA. (1 kecepatan cahaya = 300.000 km/detik)

Jadi...

TIDAK ADA SATUPUN MANUSIA YANG BISA MELEPAS PEMAHAMAN SYAREATNYA kecuali atas KEHENDAK ALLAH SWT sebagai Hamba yang dipilih dan terpilih... itu sebabnya umat Islam yang masih duduk di PEMAHAMAN SYAREAT TIDAK AKAN BISA MENERIMA tentang MELEPAS PEMAHAMAN SYAREAT karena TIDAK PERNAH MENGALAMINYA DAN TIDAK ADA TERTULIS DI DALAM ALQURAN DAN HADIST SAHIH...

Jika di Ibaratkan...

NABI MUSA AS memakai TEROMPAH atau SANDAL (SYAREAT) ketika pergi ke LEMBAH TUWA (Tempat ALLAH SWT berada)... Lalu NABI MUSA AS diperintahkan untuk melepaskan TEROMPAHNYA (SYAREAT)... karena berada di tempat yang SUCI (HAKEKAT)... lalu NABI MUSA AS menerima wahyu dari ALLAH SWT (MA'RIFATTULLAH)...

Lalu TAREKAT nya dimana ? Cara MELEPAS TEROMPAH atau SANDAL itulah TAREKAT nya...

Dalam Pemahaman ILMU SYAREAT, AL-QURAN dan HADIST SAHIH yang TERTULIS menjadi PEDOMAN atau RUJUKAN dalam mengambil sebuah keputusan tertentu.

Namun...

Dalam ILMU MA'RIFATTULLAH pada PEMAHAMAN YANG RAHASIA DAN DIRAHASIAKAN TIDAK ADALAGI AL-QURAN dan HADIST YANG TERTULIS... tergantikan oleh ALLAH SWT LANGSUNG...

Dari Ady Ibni Hatim beliau berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda :
Seseorang diantara kamu akan bercakap-cakap dengan TUHANNYA tanpa ada penterjemah dan dinding yang mendindinginya (HR.BUKHARI)

Menjadi RAHASIA dan DIRAHASIAKAN karena KESELURUHAN PEMAHAMAN ILMU-NYA BERTENTANGAN DENGAN ALQURAN DAN HADIST YANG TERTULIS...

Abu Huraira R.A :
"Aku telah hafal dari Rasulullah dua macam ilmu : Pertama Ialah Ilmu yang Aku Di Anjurkan Untuk Menyebarluaskan (Mengajarkan) kepada Sekalian Manusia. Dan Yg Kedua Ialah Ilmu yang Aku Tidak Di Perintahkan Untuk Menyebarluaskan (mengajarkan) kepada Manusia. Maka Apabila Ilmu Ini Aku Sebarluaskan Niscaya Engkau Sekalian Akan Memotong Leherku. (HR.Thabrani)

Dan lagi berkata Sayyidina Ali bin abi Thalib Ra :
Ya Tuhanku, mutiara sesuatu ilmu itu jikalau aku nyatakan dengan berterus terang niscaya akan dikatakan orang kepada aku : Engkau (Ali) adalah orang yang menyembah berhala. Dan sesungguhnya ada orang-orang Islam yang menghalalkan darahku. Mereka itu melihat perbuatan yang paling jahat yang mereka lakukan itu sebagai Perbuatan baik

Itu sebabnya ILMU SYAREAT TIDAK BISA BERJALAN BERIRINGAN DENGAN ILMU MA'RIFATTULLAH pada PEMAHAMAN YANG RAHASIA DAN DI RAHASIAKAN...

Maka...

LEPASKANLAH TEROMPAHMU ATAU SANDALMU... ATAU JANGAN TERPAKU PADA PEMAHAMAN SYAREAT SEMATA... jika ingin tahu ISI dari yang RAHASIA DAN DIRAHASIAKAN...

Dalam Al-Quran di kisahkan bahwa NABI MUSA AS menerima WAHYU ...

Al-Quran surat THAHA 11-12 :
Maka ketika ia datang ketempat api itu ia di panggil, Hai Musa... Sesungguhnya aku inilah Tuhanmu, maka tinggalkanlah kedua terompahmu (Sandal), sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, TUWA

Dalam Pemahaman ILMU SYAREAT maka NABI MUSA AS sebelum menerima wahyu di perintahkan untuk MELEPAS SANDALNYA karena sedang berada di tempat yang SUCI yaitu TUWA...

Namun...

Dalam Pemahaman ILMU HAKEKAT bukanlah SANDAL yang dipakai dan diinjak oleh NABI MUSA AS yang di lepaskan... tetapi melepas Akal dan ilmu (Syareat) atau bisa juga di artikan melepas NAFSU sehingga pasrah sepenuhnya atas ketentuan Allah swt laksana BAYI...

Yang juga berarti tidak lagi berpedoman pada sesuatu termasuk pada GURU atau bahkan Al-Quran dan Hadist yang TERTULIS kecuali hanya pada ALLAH Swt semata dengan KEYAKINAN YANG SEMPURNA serta tidak lagi mengakui keberadaan dirinya dan tak merasa memiliki apapun layaknya seorang BAYI yang tak memiliki dan tak mampu berbuat apapun sebagaimana yang diisyaratkan dalam hadist ;

Raslullah Saw bekata kepada Ibnu Masud R.a :
"Hai Ibnu Masud, tahukah anda tafsirnya kalimat LA HAWLA WA LA QUWATA ILLA BILLAH ?"
Aku (Ibnu Masud) menjawab : Tidak.
Lalu Rasulullah Saw berkata : Tidak ada daya menolak Maksiat, dan tidak ada kek
Read more about SYAREAT DALAM BER-SYAREAT DAN SYAREAT DALAM BER-MA'RIFATULLAH



Related read :

Pentingnya "Serat" yang terkandung dalam makanan
Serat tumbuhan menarik perhatian dunia ketika tahun 1970, Dr. Denis Burkitt, seorang dokter Inggris, melaporkan bahwa beberapa penyakit saluran pencernaan seperti kanker dubur, kanker usus
Monster Dalam Mitologi Filipina
Berikut ini, sepuluh dari monster yang paling menakutkan dan tidak biasa dalam mitologi Filipina. langsung saja menuju topik Aswang Aswang mungkin adalah yang paling umum dari
Aplikasi Anak Cerdas, Berjuta Aplikasi Dalam Satu Genggaman
Perkembangan gadget saat ini seolah menjadikan dunia dalam genggam. Limitasi geografis antar tempat, antar negara seolah sudah tidak ada. Apa yang terjadi dibelahan dunia lain dalam hitungan detik
Apakah Anda Melakukan 9 Kesalahan ini Dalam Percakapan?
Foto oleh tmfotkiCara kita berkomunikasi dengan orang lain adalah sebuah kebiasaan. Karenanya, seringkali kita tidak mengetahui apakah pola percakapan yang kita lakukan sudah baik atau belum